Minggu, 22 September 2013

biarpun cuek. tetap berjuang



Kini ku baru berumur 15 tahun yang sedang mengalami masa pubertas. Masa dimana sifat kedewasaan ku berkembang pesat. Mulai berfikir mana yang baik dan buruk. Masa dimana mencari jatidiri dan mulai merasakan rasa jatuh cinta.
            Namaku Ririn salah satu siswa SMA di Kota Semarang. Kini ku sedang merasakan jatuh cinta dengan salah satu kakak kelas. Dia cowok terpopuler di sekolahan. Tampan, pintar, kaya, itu lah Akhbar. Apa lagi melihat senyumannya, semua cewek langsung terpesona. Sayangnya, dia cowok yang sangat cuek. Cewek populer maupun cewek yang biasa biasa aja tetap aja cuek .
            Suatu hari aku berfikir bagaimana bisa untuk mendapatkan cowok cuek itu.  Disaat itu juga didepanku ada sebuah komputer dengan modemnya, ku nyalakan komputer itu. Setelah itu, ku cari di salah satu website  cara untuk menaklukkan cowok cuek.
“ Ah… ini dia.” Teriakku yang menemukan tips untuk menaklukkan cowok cuek.
“ Kamu  lagi ngapain sih rin?”,  tanya kakak yang menghampiriku.
“ Ngapain sih kesini, kepo banget !” hentakku dengan muka memerah.
Karena kakakku terus melihat aku yang sedang membuka website, dengan segera aku menutup website tersebut dan mematikan komputer. Akhirnya dia pergi dengan muka anehnya itu.
            Hari Sabtu tepatnya di malam hari. Seperti biasa di malam ini aku bermain ke rumah teman.
“ Hai Nia.. Rahma.” Sapaku kepada mereka.  
“ Hai, ada apa rin?” Tanya Nia.
“ Em.. pasti mau curhat ya? Tentang Akhbar ya rin?” Tanya Rahma.
“ Oh.. iya rin, kemaren aku abis buka website, nah ku cari caranya naklukin cowok cuek,” kata Nia.
“ Wah.. gimana tuh caranya? Kamu pinter banget sih..” balasku dengan tersenyum.
“ Pertama, cari tau dia sukanya apa?
 Kedua, beri dia perhatian yang lebih.
Ketiga, kasih di kejutan, dan yang terakhir kejar terus. “ jawab Nia yang mengambil tips dari website.
“ Tapi masa cewek yang ngejar cowok sih? Apa kata orang? Nanti aku di kira cewek murahan lagi.” Jawabku dengan muka yang bingung,
“ Ya.. dari pada kamu nggak bisa dapetin dia, nanti kamu nyesel loo, lagipula dia cakep banget.”
Ucap Rahma yang memberikan sarannya.
“ Ya sudahlah aku coba,” jawabku.
“ Jangan lupa ikuti tips ku, eh bukan tips ku tapi tips dari internet, hehehe.” Jawab Nia dengan tertawa.
Aku terbangun dan menatap sinar matahari pagi. Di pagi hari ini, aku sudah berfikir yang aneh – aneh. “Sebaiknya aku mengikuti saran Nia aja, dari pada nanti nyesel nggak bisa dapetin akhbar,” ucapku dengan berfikir.  Karena terlalu memikirkan dia, sampai lupa untuk mandi, makan, dan siap – siap berangkat sekolah. Segeralah aku melakukan semua kegiatan itu. Akhirnya jam menunjukkan waktunya aku untuk berangkat sekolah. Dengan tergesa – gesa, aku langsung mengambil tas dan meminta izin untuk pergi  sekolah.
Sesampai di sekolah, tak ku sangka pagi hari sudah bertemu dengan si tampan. Hatiku terasa berbunga – bunga, dan muka ku memerah karena merasa bahagia.
“Hai kak?” sapaku dengan memberikan senyuman yang termanis.
Kak Akhbar hanya membalas dengan tersenyum. Yah walaupun di beri senyuman tapi hati rasanya kayak terbang ke langit tujuh.
            Bel baru berbunyi, tanda waktu pelajaran akan di mulai. Pelajaran pertama adalah Biologi. Dimana siswa yang banyak  menyukainya. Ketika itu, tiba – tiba Nanda menghampiriku.
“ Rin kamu suka sama kak Akhbar ya? ” Tanya Nanda.
Aku hanya bisa tersenyum dan tersipu malu.
“Cie.. kok nggak bilang sih, siapa tau aku bisa bantu kamu?” ucapnya yang memberikan ku tawaran manis.
“ Emangnya kamu mau bantu aku untuk deketin dia?” tanyaku.
“ Iya aku kenal salah satu temennya Akhbar, nanti aku tanyain dia orangnya kayak gimana,” jawabnya.
“ Makasih ya? hehehe,” ucapku dengan tertawa malu.
            Jam menunjukan waktu pulang, aku dan teman ku pulang bersama – sama. Di tengah perjalanan aku menuju pintu gerbang, ada salah satu kakak kelas menghampiriku. Namanya Rian, dia kelas XI IPA 1 dan salah satu teman Akhbar.
“ Hai dek? Kamu yang suka Akhbar itu kan?” ucapnya.
“ Hehehe iya,” jawabku dengan tersipu malu.
  Ini dek, ada sesuatu,” dengan memberikan sesobek kertas.
“ Apa ini kak? ” tanyaku, dengan muka yang bingung.
“ Tadi temen kamu minta nomer Akhbar, katanya kamu yang nyuruh,” jawabnya. Dia langsung pergi meninggalkanku. Aku pun masih bingung, siapa yang meminta nomernya Akhbar. Pikiran ku menuju ke Nanda, karena tadi pagi dia mau membantuku.
Suatu hari aku mencoba untuk mendekati Akhbar melalui SMS.
Aku     : “ Hai kak?”
Akhbar : “ Iya ini siapa?”
Aku     : “Aku Ririn, adek kelasmu.”
Akhbar : “Oh, yang mana ya?”
Coba liat aja balesan SMSnya kayak apa, seperti biasa orangnya cuek banget. Walaupun cuek aku tetap berjuang untuk dekatin dia.
Suatu hari, aku mencobanya SMS kembali. Ternyata masih sama saja balesannya singkat. Seperti ini SMSnya,
Aku     : “ Kakak ?”
Akhbar : “ Iya?”
Aku     : “ Lagi ngapain ka?”
Akhbar : “ Tiduran aja.”
Aku     : “ Kamu udah tau aku yang mana belum?”
Akhbar : “ Belum.”
Aku     : “ Gini aja aku minta nama FB kamu dong?”
Akhbar : “ Akhbar Fairus.”
Coba deh liat aja SMSnya singkat banget, nggak bales tanya lagi. Tapi lumayan lah, udah dapetin nama FBnya. Biar dia tau aku orangnya kayak gimana. Cantik – cantik gini di tolak, hehe. Setelah aku minta nama FB, langsung deh aku add. Tetapi apa mungkin dia bakal suka sama aku. Aku kan cewek yang nggak terpopuler di sekolahan. Aku harus tetap semangat ! jangan menyerah!!

Keesokannya, entah mengapa tiba – tiba Akhbar mengajak ku pergi ke suatu tempat. Dia mengajak di suatu café di Kota Semarang dan di malam hari. Mungkin dia mau pastiin aku orangnya kayak gimana. Pastinya, aku tidak menolak tawarannya. Aku juga berfikir kalau Akhbar akan berfikiran aku jelek, tapi menurutku aku lumayan cantik.
Malam harinya, aku menuju ke café dimana kita akan bertemu. Wah, di saat itu juga aku merasakan hatiku berdegup kencang “ dag dig dug.” Tiba – tiba Akhbar menghampiriku dan aku meras gugup.
“ Hai, kamu Ririn kan?” Tanya dia.
“ Iya kak,” jawabku dengan muka memerah karena tersipu malu.
Di saat itu, kami saling berbincang – bincang. Membicarakan berbagai hal. Tetapi terkadang kita saling diam  karena sudah kehabisan pembicaraan. Tiba – tiba dia mengatakan sesuatu yang membuat aku menjadi kepedean.
“ Rin ternyata kamu manis juga ya?”
Aku hanya bisa membalas dengan senyuman. Aku hanya bisa mengeluarkan kata terimakasih. Ketika itu juga hatiku terasa melayang jauh. Setelah kami selesai berbincang dan makan, kami langsung pulang menuju rumah. Tetapi aku tidak langsung ke rumah tapi ke rumah Rahma. Dan menceritakan semua yang terjadi saat pergi bersama Akhbar.
            Pagi harinya, seperti biasa aku pergi berangkat ke sekolah. Di sekolah aku bertemu dengan kak tampan tetapi tidak seperti biasanya. Biasanya aku menyapa dia dan sekarang aku hanya bisa tersenyum. Entah mengapa mungkin rasa malu ini masih tertempel di hati.
“ Rin !” Nanda mengagetkanku.
“ Kamu itu, ngagetin aja sih.. ada apa?”ucapku.
“ Tadi malem abis jalan sama kak Akhbar ya?” Tanya Nanda, yang keinginan tau yang besar.
“ Apaan sih, mau tau aja!” jawabku dengan muka merah.
Nanda langsung meninggalkan ku, mungkin karena aku terlalu keras dengannya. Dan dia marah kepadaku. Tapi tak usah difikirkan, paling sebentar lagi tidak marah lagi. Mungkin hati dia tidak mau di ganggu dulu.
           
Semakin lama, aku dan Akhbar semakin dekat. Dia sudah tidak terlalu cuek denganku. Aku berfirkir apa mungkin di sudah mulai ada rasa suka denganku. Tetapi aku tidak mau terlalu mengharapkan. Jika terlalu mengharapkan nanti kalau jatuh rasanya sakit banget. Ya, tetapi harus tetap semangat agar bisa dapetin cowok cuek itu.
Suatu hari, Akhbar mengajakku ke suatu tempat. Dia mengajakku ke bioskop untuk menonton film. Tetapi aku belum pasti bisa karena dia mengajaknya malam hari. Dia tetap saja menginginkan aku untuk bisa nonton. Tidak seperti biasanya, dia sangat ingin aku agar bisa nonton film bersamanya.
Malam harinya, ternyata aku bisa pergi ke bioskop karena orangtua sudah mengijinkan kami untuk pergi. Dia menjemputku di depan rumah dengan motor kerennya itu. Dengan segera, aku berpamitan dan langsung pergi bersamanya.
Sesampainya disana, kami langsung menuju ke bioskop untuk membeli tiket.
“ Kita nonton yang jam 7 aja ya?” tanyaku
“ Iya terserah kamu aja,” jawabnya.
Kami sudah mendapatkan tiket. Karena jam masih menunjukan angka enam, kami membeli makanan terlebih dahulu untuk mengganjal perut yang lapar ini.
“ Kamu mau beli apa?” tanyaku
“ Enaknya apa?” jawabnya
Dan akhirnya kami menemukan menu yang akan di pilih yaitu steak daging. Setelah itu kamu langsung memakannya.
            Pukul sudah menunjukan jam 7. Kami langsung berjalan menuju tempat bioskop tepatnya di lantai 3. Tiket kami berikan ke petugas. Kami langsung masuk dan mencari tempat duduk yang sudah di pesan. Di saat film sudah di mulai, entah mengapan tangan Akhbar memegang tanganku. Hatiku rasanya senang banget kayak orang lagi melayang dan dia bertanya kepadaku.
“ Kamu suka nggak film itu?” Tanya dia.
“Nggak terlalu sih,” jawabku
“ Kalau sama aku suka nggak?” Tanya dia dengan memberikan senyuman termanisnya.
Senyumanku itu lah yang hanya bisa keluarkan saat dia bertanya tentang hal itu.
            Film akhrinya selesai dan  kami keluar dari ruangan itu. Ada kursi yang tepatnya di pinggir ruangan, kami pun duduk di situ. Tiba – tiba di saat aku duduk, Akhbar memegang tanganku. Perasaanku mulai merasa ada sesuatu yang aneh dari dalam diri Akhbar. Akhbar pun duduk dibawah dan mengahadap ke aku dengan bibir yang akan mengeluarkan kata – kata.
 “ Kamu mau nggak jadi kekasihku?” Tanya dia dengan muka yang memerlihatkan keseriusannya.
Aku tidak bisa apa apa, rasanya hati ini berdegup sangat kencang dan tidak bisa mengeluarkan kata – kata dari bibirku. Dan dia bertanya kepadaku lagi.
“ Gimana? Kamu mau nggak?” Tanya dia kembali.
“ I iya..” aku pun tersenyum karena hati ini rasanya bahagia sekali .
Dan akhirnya kami menjadi sepasang kekasih yang bahagia. Tak ku sangka ternyata perjuanganku tidak sia – sia. Bisa mendapatkan cowok populer di sekolah dan terkenal dengan kecuekannya itu. Sekarang dia tidak di kenal lagi sebagai cowok tercuek.

--- Selesai ---




Karya :
Fajrin Ainnu Zulfa