Kini ku baru berumur 15 tahun yang sedang mengalami masa
pubertas. Masa dimana sifat kedewasaan ku berkembang pesat. Mulai berfikir mana
yang baik dan buruk. Masa dimana mencari jatidiri dan mulai merasakan rasa
jatuh cinta.
Namaku Ririn salah satu siswa SMA di
Kota Semarang. Kini ku sedang merasakan jatuh cinta dengan salah satu kakak
kelas. Dia cowok terpopuler di sekolahan. Tampan, pintar, kaya, itu lah Akhbar.
Apa lagi melihat senyumannya, semua cewek langsung terpesona. Sayangnya, dia
cowok yang sangat cuek. Cewek populer maupun cewek yang biasa biasa aja tetap
aja cuek .
Suatu hari aku berfikir bagaimana
bisa untuk mendapatkan cowok cuek itu.
Disaat itu juga didepanku ada sebuah komputer dengan modemnya, ku
nyalakan komputer itu. Setelah itu, ku cari di salah satu website cara untuk
menaklukkan cowok cuek.
“ Ah… ini
dia.” Teriakku yang menemukan tips untuk menaklukkan cowok cuek.
“ Kamu lagi ngapain sih rin?”, tanya kakak yang menghampiriku.
“ Ngapain
sih kesini, kepo banget !” hentakku dengan muka memerah.
Karena
kakakku terus melihat aku yang sedang membuka website, dengan segera aku menutup website tersebut dan mematikan komputer. Akhirnya dia pergi dengan
muka anehnya itu.
Hari Sabtu tepatnya di malam hari.
Seperti biasa di malam ini aku bermain ke rumah teman.
“ Hai Nia..
Rahma.” Sapaku kepada mereka.
“ Hai, ada
apa rin?” Tanya Nia.
“ Em.. pasti
mau curhat ya? Tentang Akhbar ya rin?” Tanya Rahma.
“ Oh.. iya
rin, kemaren aku abis buka website, nah ku cari caranya naklukin cowok cuek,”
kata Nia.
“ Wah..
gimana tuh caranya? Kamu pinter banget sih..” balasku dengan tersenyum.
“ Pertama, cari tau dia sukanya apa?
“ Pertama, cari tau dia sukanya apa?
Kedua, beri dia perhatian yang lebih.
Ketiga,
kasih di kejutan, dan yang terakhir kejar terus. “ jawab Nia yang mengambil
tips dari website.
“ Tapi masa
cewek yang ngejar cowok sih? Apa kata orang? Nanti aku di kira cewek murahan
lagi.” Jawabku dengan muka yang bingung,
“ Ya.. dari
pada kamu nggak bisa dapetin dia, nanti kamu nyesel loo, lagipula dia cakep
banget.”
Ucap Rahma
yang memberikan sarannya.
“ Ya
sudahlah aku coba,” jawabku.
“ Jangan
lupa ikuti tips ku, eh bukan tips ku tapi tips dari internet, hehehe.” Jawab
Nia dengan tertawa.
Aku terbangun dan menatap sinar matahari pagi. Di pagi hari
ini, aku sudah berfikir yang aneh – aneh. “Sebaiknya aku mengikuti saran Nia
aja, dari pada nanti nyesel nggak bisa dapetin akhbar,” ucapku dengan
berfikir. Karena terlalu memikirkan dia,
sampai lupa untuk mandi, makan, dan siap – siap berangkat sekolah. Segeralah
aku melakukan semua kegiatan itu. Akhirnya jam menunjukkan waktunya aku untuk
berangkat sekolah. Dengan tergesa – gesa, aku langsung mengambil tas dan
meminta izin untuk pergi sekolah.
Sesampai di sekolah, tak ku sangka pagi hari sudah bertemu
dengan si tampan. Hatiku terasa berbunga – bunga, dan muka ku memerah karena
merasa bahagia.
“Hai kak?”
sapaku dengan memberikan senyuman yang termanis.
Kak Akhbar
hanya membalas dengan tersenyum. Yah walaupun di beri senyuman tapi hati
rasanya kayak terbang ke langit tujuh.
Bel baru berbunyi, tanda waktu
pelajaran akan di mulai. Pelajaran pertama adalah Biologi. Dimana siswa yang
banyak menyukainya. Ketika itu, tiba –
tiba Nanda menghampiriku.
“ Rin kamu
suka sama kak Akhbar ya? ” Tanya Nanda.
Aku hanya
bisa tersenyum dan tersipu malu.
“Cie.. kok
nggak bilang sih, siapa tau aku bisa bantu kamu?” ucapnya yang memberikan ku
tawaran manis.
“ Emangnya
kamu mau bantu aku untuk deketin dia?” tanyaku.
“ Iya aku
kenal salah satu temennya Akhbar, nanti aku tanyain dia orangnya kayak gimana,”
jawabnya.
“ Makasih
ya? hehehe,” ucapku dengan tertawa malu.
Jam
menunjukan waktu pulang, aku dan teman ku pulang bersama – sama. Di tengah
perjalanan aku menuju pintu gerbang, ada salah satu kakak kelas menghampiriku.
Namanya Rian, dia kelas XI IPA 1 dan salah satu teman Akhbar.
“ Hai dek?
Kamu yang suka Akhbar itu kan?” ucapnya.
“ Hehehe
iya,” jawabku dengan tersipu malu.
“ Ini dek, ada sesuatu,” dengan memberikan
sesobek kertas.
“ Apa ini
kak? ” tanyaku, dengan muka yang bingung.
“ Tadi temen
kamu minta nomer Akhbar, katanya kamu yang nyuruh,” jawabnya. Dia langsung
pergi meninggalkanku. Aku pun masih bingung, siapa yang meminta nomernya
Akhbar. Pikiran ku menuju ke Nanda, karena tadi pagi dia mau membantuku.
Suatu hari aku mencoba untuk mendekati Akhbar melalui SMS.
Aku : “ Hai kak?”
Akhbar : “ Iya ini siapa?”
Aku :
“Aku Ririn, adek kelasmu.”
Akhbar : “Oh, yang mana ya?”
Coba liat
aja balesan SMSnya kayak apa, seperti biasa orangnya cuek banget. Walaupun cuek
aku tetap berjuang untuk dekatin dia.
Suatu hari, aku mencobanya SMS kembali. Ternyata masih sama saja
balesannya singkat. Seperti ini SMSnya,
Aku : “ Kakak ?”
Akhbar : “ Iya?”
Aku :
“ Lagi ngapain ka?”
Akhbar : “ Tiduran aja.”
Aku :
“ Kamu udah tau aku yang mana belum?”
Akhbar : “ Belum.”
Aku :
“ Gini aja aku minta nama FB kamu dong?”
Akhbar : “ Akhbar Fairus.”
Coba deh
liat aja SMSnya singkat banget, nggak bales tanya lagi. Tapi lumayan lah, udah
dapetin nama FBnya. Biar dia tau aku orangnya kayak gimana. Cantik – cantik
gini di tolak, hehe. Setelah aku minta nama FB, langsung deh aku add. Tetapi apa mungkin dia bakal suka
sama aku. Aku kan cewek yang nggak terpopuler di sekolahan. Aku harus tetap
semangat ! jangan menyerah!!
Keesokannya, entah mengapa tiba – tiba Akhbar mengajak ku
pergi ke suatu tempat. Dia mengajak di suatu café di Kota Semarang dan di malam
hari. Mungkin dia mau pastiin aku orangnya kayak gimana. Pastinya, aku tidak
menolak tawarannya. Aku juga berfikir kalau Akhbar akan berfikiran aku jelek,
tapi menurutku aku lumayan cantik.
Malam harinya, aku menuju ke café dimana kita akan bertemu. Wah,
di saat itu juga aku merasakan hatiku berdegup kencang “ dag dig dug.” Tiba –
tiba Akhbar menghampiriku dan aku meras gugup.
“ Hai, kamu
Ririn kan?” Tanya dia.
“ Iya kak,”
jawabku dengan muka memerah karena tersipu malu.
Di saat itu,
kami saling berbincang – bincang. Membicarakan berbagai hal. Tetapi terkadang
kita saling diam karena sudah kehabisan
pembicaraan. Tiba – tiba dia mengatakan sesuatu yang membuat aku menjadi
kepedean.
“ Rin
ternyata kamu manis juga ya?”
Aku hanya
bisa membalas dengan senyuman. Aku hanya bisa mengeluarkan kata terimakasih. Ketika
itu juga hatiku terasa melayang jauh. Setelah kami selesai berbincang dan
makan, kami langsung pulang menuju rumah. Tetapi aku tidak langsung ke rumah
tapi ke rumah Rahma. Dan menceritakan semua yang terjadi saat pergi bersama
Akhbar.
Pagi harinya, seperti biasa aku
pergi berangkat ke sekolah. Di sekolah aku bertemu dengan kak tampan tetapi
tidak seperti biasanya. Biasanya aku menyapa dia dan sekarang aku hanya bisa
tersenyum. Entah mengapa mungkin rasa malu ini masih tertempel di hati.
“ Rin !”
Nanda mengagetkanku.
“ Kamu itu,
ngagetin aja sih.. ada apa?”ucapku.
“ Tadi malem
abis jalan sama kak Akhbar ya?” Tanya Nanda, yang keinginan tau yang besar.
“ Apaan sih,
mau tau aja!” jawabku dengan muka merah.
Nanda
langsung meninggalkan ku, mungkin karena aku terlalu keras dengannya. Dan dia
marah kepadaku. Tapi tak usah difikirkan, paling sebentar lagi tidak marah
lagi. Mungkin hati dia tidak mau di ganggu dulu.
Semakin lama, aku dan Akhbar semakin dekat. Dia sudah tidak
terlalu cuek denganku. Aku berfirkir apa mungkin di sudah mulai ada rasa suka
denganku. Tetapi aku tidak mau terlalu mengharapkan. Jika terlalu mengharapkan
nanti kalau jatuh rasanya sakit banget. Ya, tetapi harus tetap semangat agar
bisa dapetin cowok cuek itu.
Suatu hari, Akhbar mengajakku ke suatu tempat. Dia mengajakku
ke bioskop untuk menonton film. Tetapi aku belum pasti bisa karena dia
mengajaknya malam hari. Dia tetap saja menginginkan aku untuk bisa nonton.
Tidak seperti biasanya, dia sangat ingin aku agar bisa nonton film bersamanya.
Malam harinya, ternyata aku bisa pergi ke bioskop karena
orangtua sudah mengijinkan kami untuk pergi. Dia menjemputku di depan rumah
dengan motor kerennya itu. Dengan segera, aku berpamitan dan langsung pergi
bersamanya.
Sesampainya disana, kami langsung menuju ke bioskop untuk
membeli tiket.
“ Kita
nonton yang jam 7 aja ya?” tanyaku
“ Iya
terserah kamu aja,” jawabnya.
Kami sudah
mendapatkan tiket. Karena jam masih menunjukan angka enam, kami membeli makanan
terlebih dahulu untuk mengganjal perut yang lapar ini.
“ Kamu mau beli
apa?” tanyaku
“ Enaknya
apa?” jawabnya
Dan akhirnya
kami menemukan menu yang akan di pilih yaitu steak daging. Setelah itu kamu
langsung memakannya.
Pukul sudah menunjukan jam 7. Kami
langsung berjalan menuju tempat bioskop tepatnya di lantai 3. Tiket kami
berikan ke petugas. Kami langsung masuk dan mencari tempat duduk yang sudah di
pesan. Di saat film sudah di mulai, entah mengapan tangan Akhbar memegang
tanganku. Hatiku rasanya senang banget kayak orang lagi melayang dan dia
bertanya kepadaku.
“ Kamu suka
nggak film itu?” Tanya dia.
“Nggak
terlalu sih,” jawabku
“ Kalau sama
aku suka nggak?” Tanya dia dengan memberikan senyuman termanisnya.
Senyumanku
itu lah yang hanya bisa keluarkan saat dia bertanya tentang hal itu.
Film akhrinya selesai dan kami keluar dari ruangan itu. Ada kursi yang
tepatnya di pinggir ruangan, kami pun duduk di situ. Tiba – tiba di saat aku
duduk, Akhbar memegang tanganku. Perasaanku mulai merasa ada sesuatu yang aneh
dari dalam diri Akhbar. Akhbar pun duduk dibawah dan mengahadap ke aku dengan
bibir yang akan mengeluarkan kata – kata.
“ Kamu mau nggak jadi kekasihku?” Tanya dia
dengan muka yang memerlihatkan keseriusannya.
Aku tidak
bisa apa apa, rasanya hati ini berdegup sangat kencang dan tidak bisa
mengeluarkan kata – kata dari bibirku. Dan dia bertanya kepadaku lagi.
“ Gimana?
Kamu mau nggak?” Tanya dia kembali.
“ I iya..”
aku pun tersenyum karena hati ini rasanya bahagia sekali .
Dan akhirnya
kami menjadi sepasang kekasih yang bahagia. Tak ku sangka ternyata perjuanganku
tidak sia – sia. Bisa mendapatkan cowok populer di sekolah dan terkenal dengan
kecuekannya itu. Sekarang dia tidak di kenal lagi sebagai cowok tercuek.
--- Selesai ---
Karya :
Fajrin Ainnu Zulfa